PM Israel Ehud Olmert secara mengejutkan menyatakan mengundurkan diri dari jabatan ketua Partai Kadima dan akan mengundurkan diri sebagai PM begitu ketua Partai Kadima yang baru terpilih. Pengadilan kasus korupsi yang melibatkan Ehud Olmert, membuatnya tak berkutik, bahkan dia menyatakan ia tidak akan ikut dalam pemilihan ketua Partai Kadima bulan September mendatang dan akan menyerahkan jabatan perdana menteri pada ketua partai Kadima yang baru untuk meneruskan pemerintahan di Israel.
Namun beberapa pengamat politik Israel sepakat bahwa faktor utama kejatuhan kepemimpinan PM Ehud Olmert adalah kekalahan Israel dalam perang melawan Hizbullah di Lebanon Selatan. Kekalahan Israel dalam perang di Lebanon telah mengubur karir politik Olmert.
Pengamat politik pada harian Maarive Israel, Hanan Crystal ketika diwawancarai Aljazeera.net mengatakan, “Perang Lebanon kedua telah memukul Olmert dan menurunkannya ke tempat yang paling rendah, sementara kasus suap adalah pukulan yang membuatnya TKO.”
“Jika saja perang Lebanon hasilnya memuaskan, maka kasus suap yang menimpanya tidak akan berhasil menjatuhkan Olmert,” lanjut Hanan.
Menurut Hanan, Olmert telah kehilangan kewibawaan, kekuatan dan kredibilitasnya di mata rakyat dan lawan-lawan politiknya, setelah kekalahan tentara Israel di Lebanon. Sebenarnya Olmert masih bisa bertahan hingga tahun 2008 jika tentaranya tak kalah di Lebanon, karena dukungan koalisi partai-partai yang menginginkan terus duduk di kursi Parlemen.
“Seandainya perang berakhir dengan kemenangan Israel, maka Olmert akan mampu menghindar desakan kasus suap. Karena kasus itu bukan kasus yang baru dan sudah diketahui public,” ungkap Hanan.
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Partai Likud, Benyamin Netanyahu yang mengatakakan bahwa Ehud Olmert telah mengambil langkah yang benar, tapi pengunduran dirinya terlambat, mestinya dilakukan sejak 2 tahun lalu.
Amous Harael, koresponden kemiliteran pada Koran Hartez juga mengatakan bahwa akar permasalahan pengunduran diri Olmert sebenarnya dalam kebijakan dia selama 34 hari memimpin Israel perang melawan Hizbullah.
“Olmert telah kehilangan popularitasnya di mata masyarakat setelah kekalahan. Olmert telah mati pada perang di Lebanon dan dikubur dengan kasus suap dan dana bantuan asing,” tegas Amous Harael. [www.suara-islam.com]
0 komentar:
Post a Comment